Halaman

Rabu, 21 Maret 2012


Ada Cinta
                             Karya : Hani Wahyuni   



             Panas terik matahari serasa menyorot kelasku, suasana menjadi kacau setelah panas menerka kelasku dan bell pulangpun tak kunjung berbunyi. Perkenalkan namaku Marsya Anastasya, aku adalah sesosok perempuan yang anggun, terkenal dan cantik. Tetapi aku sedikit jutek, aku berumur 14 tahun lebih 6 bulan, aku sekarang duduk di bangku kelas IX-4 tepatnya sekolahku di SMP 4 AL - AZAR Kelapa Gading.
***
            Kring .. Kring .. Kring .. “ Bapak/ Ibu Guru dan anak-anakku sekalian saat ini jam pelajaran telah selesai “ Terdengarnya suara Bu Merlin yang membunyikan bell dengan sangat kencang. Bila dirasakan bunyi itu berasal dari lantai 2 sekolahku tepatnya ruang staff.
            Sorak ramaipun terdengar dari seluruh sudut seisi sekolah SMP 4 AL - AZAR, aku yang sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini tak perlu menutup kuping, bisa di bilang aku sudah kebal dengan suara keras yang berada di sekolahku ini.
***
            “ Pulangkan Kami ! “ Teriak teman sekelasku, rupanya Pak Guru kami tak mendengar celotehan kami. Maaf, bukannya kami menghina Beliau tetapi memang Pak Hermawan sedikit mempunyai gangguan pendengaran di telinga kanannya. Dan sepertinya Guru-Guru di sekolahku juga mengakuinya, bahkan wali kelasku pernah bercerita kepada kelasku IX-4, kelas dimana aku duduk dan menimba ilmu untuk sekarang ini.
            “ Wooo ! “ Jadi tak heran kalau aku dan teman-temanku tau akan kekurangan dari Pak Hermawan dan kita juga dapat memaklumi keadaan Beliau. Raut wajah teman-temanku sudah sedikit mengerut, aku juga merasakan sama seperti mereka.
            “ Bapak ! “ Aku yang memanggil Beliau dengan sedikit menopang dagu di atas meja.
             “ Apa Marsya ? “ Dengan sigap Beliau merespon panggilanku.
            “ Kami kapan pulang, Pak ? “ Sahutku sambil menggaruk-garuk kepala.
            “ Iya, Pak. Kapan kita di pulangin ? Suara Adi Jaya Angga Nugraha yang menimpali suaraku yang berbicara kepada Pak Hermawan.
            Sontak aku terkaget mendengar suara teriakan Adi Jaya Angga Nugraha, berasal dari arah belakang tepatnya berada di baris ketiga hitungan pintu dan duduk di bangku urutan ketiga. Tepatnya Angga duduk di belakang bangku tempat aku duduk.
            “ Iya, Pak ! “ Protes teman seisi kelasku yang menimpali suaraku dan Angga.
            Akhirnya Pak Hermawan, memutuskan mengakhiri pertemuan kali ini, mungkin saja Beliau gerah dengan celotehan teman-temanku. Hahaha .. Itu memang jagonya kelas IX-4, yang bisa membuat Guru-Guru jengkel dengan ulah temanku.
            “ Oke, anak-anakku. Bapak akhiri pertemuan kita kali ini Wasalam “ Pak Hermawan keluar menuju pintu kelasku begitu saja, tanpa menghiraukan laptopnya yang tertinggal. Tidak ada satu menit Beliau meninggalkan kelasku, lalu Beliaupun langsung memasuki kelasku dengan terburu-buru.
            “ Aduh Nak ! Bapak lupa sama laptop, Bapak” Ucapnya sambil mengangkat laptopnya dan membawanya keluar kelas.
            Teman-temanku hanya terdiam melihat kelakuan Pak Hermawan dan 1 .. 2 .. 3 .. Aku yang sudah menduga mereka akan tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan Guru kami, dengan mimik wajah yang lucu-lucu. Dan akhirnya tanpa aku sadari, seisi sekolahku sangat sunyi dan sepi. Hanya kelasku sajalah yang belum pulang karena insiden Guru kesayangan kami, Pak Hermawan.
            “ Tapi ? Sedetik lagi juga kelasku sudah mulai kosong “ Batin Marsya.
            Aku bergegas keluar kelas dengan tidak bersemangat ! Berjalan menuju tangga, aku menuruni anak tangga satu persatu dengan perlahan. Setelah aku sampai dan meninjakan kaki ke lantai bawah sekolahku, aku yang celingak-celinguk tak tahu ingin pulang melalui arah mana.
            Aku baru menyadari kalau aku membawa mobil Honda Jass berwarna hitam dengan plat nomor B 22 AYA. Dengan cepat aku menuju parkiran sekolahku yang berada di arah selatan tepat dari tangga belakang tempat aku berdiri. Mengambil kunci mobil dari saku bajuku, membuka pintu dan masuk kedalam mobil yang akan aku kendarai.
***
            Pagar rumahku sedikit setengah terbuka, aku yang turun dari dalam mobil melihat sekeliling halaman rumahku.
            “ Sepi ? Jangan-jangan ! “ Batin Marsya yang sedikit panik.
Setelah aku melangkahkan kaki perlahan yang ingin menuju pintu utama rumahku, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk punggungku dari arah belakang.
            “ Non ? “ Sapa Bik Inah, yang mendekatiku dan menempelkan tangannya ke pungguku.
            “ Siapa sih ? Bibik ? Aku yang tekaget dengan cepat membalikan posisi tubuhku.
            “ Iya, Non. Ini Bibik “ Jawabnya dengan senyuman.
            “ Bik Inah, ngagetin aku aja. Ko pintu kebuka sih, Bik ? “ Tanya Marsya dengan mimik wajah yang masih panik.
            “ Iya, tadi Bik Inah habis ngebersin taman. Non “ Jawab Bik Inah yang sedang membawa selang.
            “ Aku masuk dulu iya, Bik ? “ Tanya Marsya dengan nada pelan.
            “ Iya, Non. “ Jawab Bik Inah tersenyum santai.
Aku yang sudah sangat kelelahan langsung menuju kamarku yang terletak tak jauh dari pintu utama rumahku. Pintu kamarku kubuka dengan perlahan.
            “ Braaaaakk “ aku yang membantingkan tubuhku keranjang tidurku. Aku yang merasa lelah dengan semua aktivitasku, akhirnya aku memutuskan untuk istirahat tanpa mengganti terlebih dahulu seragam sekolahku.
***
            “ Hoooooaaaammmpp .. “ Aku yang terbangun dari tidurku dengan kondisi setengah sadar, mengangkat tubuhku yang lemas untuk duduk bersila diatas ranjang tidurku.
            “ Sudah jam berapa ini ? “ Batin Marsya, yang celingak-celinguk melihat sekeliling dinding di kamarku.
            “ Mana jamnya ? “ Aku yang masih penasaran dimana jam dindingku berada.
Aku yang sudah bisa duduk diatas ranjang tidurku, merasa bersyukur karna arwah diriku telah menyatu kembali ke tubuhku.
            “ Handphone ? BlackBerry aku mana ? “ Aku yang menyadari bahwa handphoneku tak berada di sampingku, saat aku tertidur pulas. Akhirnya aku yang memberantaki ranjang tidurku dan sekitarnya.
            “ Syukurlah .. “ Batin Marsya, yang mendapati handphonenya di balik selimut.
            Biar gimanapun, handphone itu sudah ku anggap sebagai bagian hidupku sendiri, handphone itu sangat berarti untukku. Aku yang memeluk kencang handphone kesayanganku sambil melihat layar handphoneku, ternyata yang ku dapati adalah 1 Missed Call, 2 Message dan 1 BBM. Dengan sigap aku membuka satu persatu notifications yang ada di handphoneku, Missed Call dari Anggita Septiara.

Sms Pertama, from : Anggita Septiara
Aya. Kamu mau ikut aku, untuk dinner nanti malam jam 19.00 ?

Sms Kedua, from : Alviansyah Tantowi
Aya ! Kamu mau ikut kami ? Kalau mau, kami akan menjemputmu.
Jangan lupa bawa gebetan ! # hahahakidink

BBM, from : Precilia Sheila Mahardika
Aya, kamu ikut sama Gita dan Vian ?

            Aku yang hanya tersenyum kecil melihat Message dan BBM dari mereka, aku dengan semangat mereplay Message dan BBM dari mereka dengan cepat.

Message, to : Anggita Septiara ; Alviansyah Tantowi
Iya, ikut dinner. Jemput aku iya.
BBM, to : Precilia Sheila Mahardika
Iya, ikut dinner.

            Aku yang meninggalkan ranjang tidurku dan menuju ke kamar mandi, mempersiapkan diri untuk dinner nanti malam.
***
            Dengan menggunakan white mini dress, black high heels, serta tak lupa accesorise yang membuat penampilanku semakin anggun. Satu hal yang membuat penampilanku menjadi lebih perfect adalah handphone BlackBerry Torch terbaru saat ini.
            Aku yang menunggu Gita datang hampir boring di buatnya, untungnya ada handphone kesayangaku yang bisa membuatku tersenyum lebar saat sedang boring.
            “ Tin .. Tin .. Tin .. “ Bunyi klakson mobil Gita, yang ternyata sudah berada tepat di depan pintu pagar rumahku. Tanpa lama-lama aku yang senang menyambut kedatangan meraka segera membuka pintu gerbang dan menyapa mereka.
            “ Ayo. Tunggu apa lagi ? “ Aku yang berjalan mendekati mobil mereka, membuka pintu belakang mobil Gita dan duduk bersama Precilia dan Tella. Setelah semua sudah berada di dalam mobil, Vian yang mengendalikan stir mobil melaju dengan cepat dan meninggalkan rumahku.
***
            Hampir di setiap bunyi langkah kakiku semua orang yang berada di sekitarku terpanah melihatku, bunyi high heelsku yang membuatku semakin merasa kalau aku menjadi sorotan di setiap mata pengunjung Kelapa Gading. Vian memutuskan perjalanan kami, aku yang ikut berhenti dan sedikit shyock melihat tempat ini.
            “ Hanya di tempat ini mereka mengajakku untuk dinner ? “ Batin Marsya yang melemas melihat caffe ini. Aku pun yang mengetahui tempat ini melemas seketika, tempat ini tidak seperti yang aku khayalkan, raut wajahku pun lesu seketika.
            “ Aya, ayo masuk kedalam caffe ? “ Gita menajak aku masuk kedalam, sambil menarik tangganku.
            “ Tidak ! Aku disini saja. “ Jawabku singkat.
            “ Loh, kenapa memang ? “ Ucap Gita yang bertanya-tanya kenapa Aya berubah derastis.
            “ Mendingan kalian masuk saja kedalam caffe, aku disini saja sedang menunggu seseorang datang “ Jawabku yang mencoba mengalihkan pembicaraan dan menyingkirkan tangan Gita dari genggaman tanganku, dan ngeloyor pergi ke arah caffe de’ frame tepat di samping caffe tempat kami berdiri.
            Susana sedikit membingungkan, sebuah pertanyaan bagi Gita, Vian, Precilia dan Tella. Kenapa Aya pergi begitu saja meninggalkan mereka dan lebih memilih menunggu orang lain dan pergi menuju ke caffe de’ frame. Sebuah kekecewaan dan tanda tanya besar untuk sahabat Aya.
            Aku yang datang ke caffe de’ frame di sambut hangat oleh pelayan yang menurutku centil, kalau tak salah namanya Mayang, identitas yang tertera di bagian saku bajunnya yang membuatku tahu siapa nama pelayan centil itu.
            “ Selamat datang di caffe de’ frame “ Sapa ramah pelayan centil itu.
            Aku tak menhiraukan sambutan pelayan centil itu, aku langsung menuju soffa kosong yang berada di sudut kiri caffe tersebut. Aku yang duduk dan memandangi seisi caffe ini cukup terhibur dengan apa yang di sajikan oleh pelayan-pelayan yang ada di caffe ini, iya walaupun menurutku salah satu pelayan di caffe ini ada yang centil.
Pelayan caffe itu menawarkan menu baru yang baru saja launching kemarin malam.
            “ Mba, mau coba menu baru caffe kami ? “ Tanya pelayan centil itu yang menyodorkan daftar menu.
            “ Satu milk shake vanilla dan satu brown cake, itu saja “ Jawabku singkat.
            “ Di tunggu iya .. “ Jawab pelayan itu dengan senyuman centilnya.
            Sambil menunggu pelayan centil itu datang membawa pesananku, aku yang sedikt membosan mencoba mencari teman ngobrol, sayang yang kudapati hanyalah orang-orang sibuk yang berada di sekitar caffe.
            “ Message siapa iya ? Yang asik anaknya, yang bisa buat aku bahagia, hahahhaha “ Batin Marsya yang coba memikirkan siapa teman yang cocok untuknya saat ini.
            Aku yang mencari-cari nama dalam kontak handphoneku, entah tau mengapa aku berhenti di nama Adi Jaya Angga Nugraha. Aku yang percaya kalau iya dapat membuat rasa bosanku menghilang, dengan cepat aku menelephonennya.
            “ Tut .. Tut .. Tut .. “ Bunyi sambungan komunikasi antara handphoneku dengan Angga, aku yang sedikit degdegan tak mau berbicara dengannya.
            “ Aya, ada apa kamu telepon ? “ Tanya Angga yang tersambung dengan sambungan komunikasi dari handphoneku.
            “ Aku sendiri ! Kesepian. “ Jawabku singkat.
            “ Memang kenapa ? Ko, kamu sendiri ? “ Tanya Angga dengan suara yang cemas.
            “ Cepat ! Temui aku di caffe de’ frame – Kelapa Gading “ Jawabku cepat penuh arti membuat Angga sedikit kebingungan.
            Sebelum Angga menjawab kalimat Marsya, aku yang memotong pembicaraan dengan cara mematikan sambungan komunikasi antara aku dengan Angga. Usai menelephone, pelayan centil itu datang menghampiriku dengan membawa sebuah papan coklat diatasnya ada berbagai menu pesanan client.
            “ Selamat menikmati hidangannya dan ini notanya “ Sahut pelayan centil itu.
            Aku yang tidak banyak berkomentar tentang kedatangan pelayan centil itu yang membuatku sedikit gerah, aku yang membuka dan mengambil tiga lembar uang Rp.50.000,-an yang aku selipkan di nota pembayaran.
            “ Nih, bawa pulang sana “ Jawabku singkat dengan nada ketus.
            “ Iya, terima kasih. “ Pelayan centil itu pergi dari meninggalkan tempat yang sedang aku duduki saat ini.
            Aku yang sedang menunggu kedatangan Angga, menghabiskan mini brown cake dan sedikit menyeruput milk shake vanilla kesukaanku. Aku yang sangat lapar, terutama cacing di dalam perutku yang sudah tidak bisa di ajak untuk kompromi lagi membuatku mengharuskan menghabiskan makanan yang barusan aku pesan.
            Syukur hari ini aku bisa makan dalam porsi ringan, walaupun masih sedikit lapar tapi tak apa aku bisa menahannya. Aku yang menyeruput kembali milk shake vanilla dan menghabiskannya dengan sangat cepat.
            “ Uuuuuuuuu “ Terdengar suara sendawa kecil, yang keluar dari mulutku, aku yang masih bisa mengontrol suara sendawaku.
            “ Aya, maaf lama “ Sapa Angga yang tergesa-gesa menghampiri tempat dudukku.
            “ Hah ? Iya engga apa apa ! “ Jawabku yang terkaget mendengar suara Angga yang semakin dekat menghampiri diriku.
            “ Apa ini mimpi ? Atau hanya khayalan semata ? Kenapa dia mau datang, sedangkan aku hanya .. “ Batin Marsya yang sedikit melamun.
            “ Aya ? Aya ? “ Tanya Angga yang mencoba menyentuhkan telapak tanggannya kepundakku.
            “ Eh iya, ada apa ? Ngapain kesini ? “ Aku menjawab pertanyaan Angga dengan sedikit bingung dan tak tahu mau berkata apa.
            “ Ko, Aya nanya gitu sih ? Bukannya Aya yang nyuruh Angga untuk datang kesini menemui Aya, yang sedang sendiri dan kesepian ? “ Angga yang mencoba menjelaskan semuannya dengan sangat terperinci kepada Aya.
            “ Angga ! Kenapa mau datang, sedangkan Aya hanya .. “ Aku yang sedikit ngelantur dengan perkataanku karna melamun.
            “ Hanya apa ? “ Jawab Angga yang bingung dengan kelanjutan kalimat Aya.
            “ Lupakan saja, mungkin tadi aku sedang mengigau atau melamunkan hal aneh “ Aku yang mencoba mengalihkan pembicaraan.
            “ Iya, Tuhan. Kenapa perasaanku berubah dengan sangat cepat, setelah melihat Angga dan Kau hadirkan Angga di hadapanku ! “ Batin Marsya yang kebingungan dengan perasaannya yang tak menentu.
            “ Aya kenap iya ? “ Tidak biasannya iya seperti ini ? Aya kan perempuan yang super jutek, tidak biasanya iya bersikap kaku seketika dan manis di hadapku.
            “ Apa ini pertanda kalau dia ? “ Batin Angga yang bertanya-tanya dengan perubahan Aya, dan berkhayal kalau Aya menyukai dirinya.
            “ Hahahaha, hanya mimpi ! “ Celetuk Angga yang bernada tinggi, dan membuat seisi caffe de’ frame memandang sejenak kepadannya.
            “ Maaf mengganggu “ Ucap Angga yang menoleh ke arah pengunjung caffe de’ frame.
            Keadaan pun kembali seperti awal, tetapi tidak untuk gadis jutek satu ini “ Marsya “ aku yang masih kebingungan dan setengah percaya tak percaya dengan cara Angga yang sangat baik kepadaku dan mau mengikuti semua perintahku.
            Belum lagi dengan perhatian dan kepeduliannya Angga kepadaku, yang membuat aku semakin besar kepala di buatnya. Rasa aneh yang semakin menjalar di dalam otak dan perasaanku ini, ingin sekali rasanyaku usir jauh-jauh. Tetapi tidak bisa ! Apalagi rasa ini muncul tiba-tiba setelah ada Angga di hadapanku.
            Suasana di bangku tempat aku dan Angga duduk menjadi sepi, apa karna dari kami saling sibuk mempertanyakan tentang isi hati kami.
            ”  Apa yang sesungguhnya terjadi pada diriku dan perasaanku ? “ Batin Marsta dan Angga yang mempunyai pertannyaan yang sama.
            Akhirnya aku memutuskan untuk membawa suasana ini ke topik lain, dari pada tiada yang memulai dan aku semakin menjadi penasaran, aku yang mencoba memberanikan diri.
            “ Angga ? “ Aku memanggil Angga dengan nada pelan dan sedikit menoleh ke arah wajahnya.
             “ Iya, ada apa Aya ? “ Tanya Angga santai.
            “ Kamu haus atau lapar ? “ Aku yang berbalik tanya kepada Angga.
            “ Engga ! Setelah melihat kamu, rasa haus dan laparku hilang seketika “ Jawab Angga dengan jurus gombalnya .
            “ Ih .. Apasi Angga ? “ Aku yang menjawab dengan paras wajah berseri-seri.
            “ Sudah jam 23.00WIB, Mamiku dirumah pasti cemas dengan keberadaanku yang tak ada dirumah. Kita pulang saja ! “ Aku yang mencoba merayu Angga agar aku bisa pulang dan tenang dari perasaan yang mengerayang di otak dan hatiku ini.
            “ Kamu mau pulang ? Iya sudah, ayo kita pulang. Aku takut kamu nanti sakit    “ Jawab Angga yang sedikit bercanda.
            “ Ih .. Apasi ? Mulai deh ! “ Aku yang di buat ge’er hendak memukuli pundak Angga.
            “ Jadi pulang engga ? “ Angga yang mencoba meledekku.
            “ Iyaaaaa “ Jawabku dengan suara lembut dan manja.
***
            Akhirnya motor ninja kawasaki berwarna merah yang di bawa oleh Adi Jaya Angga Nugraha, berhenti tepat di depan rumahku. Aku yang di boncengi oleh Angga dengan perlahan turun dari motor dan melepaskan helm yang aku pakai.
            “ Makasih iya Angga, sudah mau nganterin aku pulang sampai rumah “ Ucapku dengan malu-malu.
            “ Sama-sama, Angga pamit dulu ? “ Tanya Angga yang membuka kaca helm.
            “ Iyaaa “ Jawabku singkat.
            Dengan cepat motor ninja kawasaki merah itu melaju dengan sangat cepat, rasa bahagia yang terpancar dari raut wajah Marsya tidak dapat di bendung lagi. Ingin rasanya esok hari dan seterusnya tetap seperti hari ini, hari dimana aku bisa merasakan bahagia yang sebelumnya belum pernah aku rasakan. Senyuman yang selalu aku pancarkan dari awal aku bertemu Angga dan sampai detik ini.
            “ Berkhayal mulu. Plaaak ! “ Batin Marsya yang mencoba mengingat sosok Angga.
            Aku yang membuka pintu pagar rumahku dan menutupnya kembali, segara menuju kepintu utama rumahku, gagang pintu sudah berada di genggamanku dan setengah pintu terbuka ada yang memanggil namaku.
            “ Non ? “ Suara Bik Inah yang terdengar dari ruang tengah.
            “ Non ? Itu Non ? Non ngapain ? “ Tanya Bik Inah yang mendekati pintu utama rumahku.
            “ Aduh Bik Inah, bisannya ngagetin aku saja deh ! “ Dengan kesal aku menjawab pertanyaan Bik Inah dan ngeloyor pergi ke arah kamar.
            “ Non Marsya kebiasaan, tak pernah mau tutup pintu kalau habis buka. Kalau ada maling siapa yang repot ? Aduh .. Aduh .. “ Bik Inah yang menggeleng-gelengkan kepalannya dan segera menutup pintu.
***
            Udara di kamarku sangat tidak mendukung perasaanku saat ini, aku yang menyalakan AC di kamarku dan berbaring di atas ranjang tidurku.
            “ Oh Tuhan, aku masih tak menyangka akan terjadi hal seperti ini ? “ Aku yang mengucap syukur.
            “ Aku yakin ini bukan mimpi tapi ini nyata ! “ Batin Marsya yang mencoba meyakinkan kejadian tadi.
            “ Laptop ? “ Ucapku yang mencari laptop.
            Setelah aku mendapati laptopku, aku membuka perlahan dan aku tekan tombol “ On “ untuk menyalakan laptopku. Sedikit demi sedikit layar laptopku berubah warna, yang tadinya hanya warna hitam, kini berubah menjadi berwarna-warni dengan adanya fotoku sebagai background laptopku.
            Perlahan aku letakkan jari telunjukku di trakpad laptop, aku mencari Mozila Firefox dengan menggeser-geser jari telunjukku di trakpad laptopku. Tak lama, arah panah yang berada di layar laptopku berhasil ku kendalikan dan kini arah panah itu berada di homepage yang aku cari Mozila Firefox.
            Aku mengklik homepage itu dan munculah sebuah twitter bernama akun @Marsyaanastasya, itu adalah akun twitterku. Sengaja aku membuka homepage itu buat memainkan twitterku. Aku yang bermain twitter tidak cukup lama, karnaku tahu besok akan ada jadwal latihan cheers di sekolahku.
            Maka dari itu aku memutuskan untuk membuat satu tweets serta menclose akun twitterku, dan aku memutuskan untuk beristirahat.
***
            “ Marsyaaaaaaaa, bangun sayang ! Mama pergi kerja dulu iya sayang “ Suara Mami yang nyaring terdengar di telingaku dan membuat diriku kaget.
            Aku yang terbangun dengan sangat cepat, tanpa mengusap kedua mataku, cepat aku menoleh ke arah jam dinding kamarku.
            “ O . M . A . I . G . A . T “ Teriakku yang kaget melihat arah jarum jam menunjukkan pukul 09.00 WIB.
            Aku yang sangat panik, tak menghiraukan apapun. Karena yang ada di pikiranku saat ini hanyalah tampir cheers untuk mensyuport team basket di sekolahku, yang akan tanding hari ini tepatnya jam 10.00 WIB nanti, sehabis jam istirahat disekolahku.
            “ Sudah jam segini ? Apalagi yang musti di harap ? “ Batin Marsya yang menyesali keadaan.
            Akhirnya aku memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah, aku yang masih sangat menyesal dengan tidak hadir di acara yang menurutku paling berharga semasa aku berada di SMP 4 AL-AZAR, karena aku dipercai untuk menjadi leader dance untuk tahun ini. Tapi yang ada aku malah buat sekolahku kecewa karna tidak menghadiri acara pertandingan ini.
            “ Abaikan sajalah masalah ini, lupakan dan jangan di ingat ! “ Batin Marsya yang masih sangat-sangat menyesal.
            Aku yang berlari mengambil handuk, bergegas untuk mandi untuk membersihkan diri dan menyegarkan tubuh dari rasa penat yang mengelilingi kepalaku.
***
            Selama 6 jam aku ada dirumah, tidak ada kesibukan lain selain ngemil kacang dan ngutak-ngatik remote televisi. Hanya itu yang bisa aku kerjakan selama alfa dari sekolah hari ini, aku yang berkeinginan untuk membantu Bik Inah dalam urusan dapur takut merecokannya, bukan malah membantunya.
            Berjalan 26 langkah dari ruang tengah menuju pintu pagar, tepat di hitungan ke26 aku yang membungkukkan badanku untuk membuka pintu. Akhirnya aku yang berhasil membuka setengah pintu pagarku berusaha mengembalikan badanku dalam kondisi semula, aku yang mendapati kaki seseorang yang sekiranya berada di balik pintu pagar rumahku. Ternyata pemilik kaki itu adalah Adi Jaya Angga Nugraha.
            “ Angga ? “ Aku yang kaget melihat sosok Angga berada di hadapanku saat ini.
            “ Iya, Aya. Ini bener Angga “ Angga yang menjawab kalimatku dengan senyuman manis, yang mungkin tak bisa kulupakan.
            “ Aya kenapa ? Ko, tadi engga masuk sekolah ? Padahalkan sekolah kita ngadain pertandingan basket “ Angga yang mencoba bertanya kepada Aya.
            “ I .. I .. Iya aku sakit ! “ Aku yang terpaksa berbohong kepada Angga, sedikit tak tega melihat paras wajahnya yang polos.
            “ Aya sakit ? Sakit apa ? Sudah kedokter ? “ Pertanyaan bertubi-tubi yang di lontarkan oleh Angga, sedikit membuat Aya kewalahan menjawab.
            “ Cu .. Cuma demam saja “ Jawabku singkat.
            “ Syukurlah, sekarang keadaan Aya gimana ? “ Angga yang kembali bertanya kepada Aya, dan ingin sekali tahu gimana kondisi Aya saat ini.
            “ Gapapa, engga usah panikan gitu ! “ Aku yang mencoba meyakinkan Angga.
            “ Iya, Aya kamu mau sembuh engga ? “ Tanya angga yang sedikit tersenyum.
            “ Mau “ Jawabku singkat.
            “ Ayo sekarang ikut Angga “ Angga yang mencoba menggandeng tangan Aya.
            “ Kemana Angga ? “ Aku yang bertanya kepada Angga.
            “ Sudah ayo ikut saja, Aya pasti takkan menyesal “ Angga yang mencoba meyakinkan Aya, agar mau di ajak keluar oleh Angga.
            Angga yang sangat senang, karna aku mau menerima ajakannya. Dengan cepat memboyongku kesebuah tempat yang menurutku sangatlah indah, taman hijau yang cukup luas, dan sekelilingnya terdapat bunga warna-warni yang bermekaran.
            Serta di tengahnya terdapat sepasang pohon yang mengikat keduannya, dan di bawah pohon itu terdapat ayunan sederhana berwarna putih, yang membuat taman ini selalu di kunjungi para insan remaja. Ayunan ini dipercaya, bisa menyatukan perasaan seseorang, bila mereka duduk berdua di ayunan itu secara bersamaan.
            “ Angga ? Yakin ini tempatnya ? “ Tanyaku tak percaya dengan tempat ini.
            “ Iya, kenapa ? Aya engga suka ? “ Jawab Angga. Yang sedikit berbalik tanya kepadaku.
            “ Bener ini tempatnya ? Aku suka ! “ Aku yang sedikit mengulang pertannyaanku dan masih tak percaya dengan surprice Angga di tempat seperti ini.
            Aku yang melontarkan sejumlah pertannyaan kepada Angga, yang hampir membuat Angga bingung dengan pertannyaan dan sikap aku saat ini. Seusainya season tanya jawab dari aku dan Angga.
            Angga yang mempunyai ide untuk mengajakku sekeliling taman ini, Angga yang mendokumentasikan setiap moment yang ada di taman ini dengan berfoto bersamaku. Kesenangan dan kebahagiaan yang telah Angga dapati, karna Angga berhasil membuatku senang dan gembira.
***
            Perlahan waktu silih berganti dan berlalu, awalnya pagi dan akhirnya malam. Langit yang sudah tidak menampakan panas terik matahari kini kian memudar, cuaca yang sekarang berubah menjadi sejuk karna langit berubah menjadi sore.
            “ Jadi tak tega, mengajak Aya pulang. Tapi sudah sore ? “ Batin Angga yang sedikit kebingungan.
            Angga yang berjalan menuju taman, menghampiriku yang sedang asyik bermain ayunan di tengah taman, berjakan hampir mendekatiku.
            “ Aya ? Sudah sore, kita pulang yuks ? “ Angga yang coba membujukku pulang dengan meletakkan kedua telapak tangannya di pundakku.
            “ Sudah sore ? “ Aku yang tak percaya kalau langit menunjukan sore, aku yang sedikit menoleh kearah langit.
            “Aya belum mau pulang ? “ Angga yang kembali bertanya.
            “ Iyasudah, ayo kita pulang. Aku takut Mami sudah pulang lebih awal, lagian aku juga belum mandi. Hehehehe “ Aku yang menuruti perkataan Angga, ingin segera pulang dan cepat sampai rumah.
            “ Aya, ayo ikut Angga “ Angga yang menuntunku berjalan menuju Mobil BMW Birunya di pinggiran taman.
***
            “ Indah banget hari ini “ Batin Marsya, mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi yang berada di kamarku.
            Aku yang telah selesai membersihkan diri dari kotoran yang melekat di tubuhku, aku menggunakan piama untuk kupakai tidur nanti.
            “ Non, makan malam dulu ? “ Bik Inah yang mengetuk pintu kamarku.
            “ Tunggu Bik, aku lagi pakai baju “ Teriakku dari dalam kamar.
            Aku yang berjalan menuju meja makan tempat keluargaku berkumpul untuk menyantap hidangan makan malam buatan Bik Inah.
            “ Marsya, makan dulu sayang ? “ Mami yang menyuruhku makan.
            “ Iya, Mami cantik “ Aku yang menjawab seruan Mami dengan sedikit menggeser kursi dan duduk.
            Suasana makan malam serasa meyenangkan, karna ada makanan pencuci mulut buatan Bik Inah yang aku suka yaitu puding cokelat di siram dengan susu putih. Aku yang menyantap beberapa hidangan yang ada di meja makan dalam waktu singkat, membuat Mami dan Papi tertawa melihat cara makanku.
            Aku yang merasa tak sanggup lagi, memutuskan untuk menghentikan makan malamku mengakhirinya dengan menghabiskan satu gelas air putih.
            “ Mami sama Papi, aku udah kenyang. Aku tinggal ke kamar mau tidur dulu. Oke Mami ? Oke Papi ? hehehe “ Aku yang berbicara kepada kedua Mami dan Papi sedikit mengusap perutku yang membuncit.
            Aku yang tak kuat lagi karena kekenyangan dan perutku juga sudah membuncit, memutuskan untuk tidur.
***
            Udara pagi ini sangat sejuk dan segar untuk bisa bernafas, udara pagi ini serasa membangunkanku dari tidur lelapku. Aku yang membereskan ranjang tidurku dan seisi kamarku agar terlihat rapi dari biasanya yang berantakan, aku yang masih bersyukur bisa menghirup udara segar seperti ini dan merasakan sejuknya udara pagi ini.
            “ Sungguh pagi ini terasa indah “ Seruku, membuka jendela kamarku.
            Memandang sekeliling taman belakang rumahku, banyak bunga-bunga baru yang di tanami oleh Papiku. Papi yang hobby mengoleksi berbagai jenis bunga, aku yang tersenyum melihat berbagai koleksi bunga Papi membayangkan saat Angga mengajakku pergi kesebuah taman hijau bertabur bunga.
            Aku yang menghela nafas, dengan perlahan meninggalkan jendela kamarku tanpa menutupnya kembali, sejenak aku membaringkan diriku dalam keadaan terlentang di atas ranjang tidurku yang mengingat tentang Angga.
            “ Setiap aku membayangkan sosok Angga, kenapa yang keluar selalu perasaan seperti ini ? “ Batin Marsya yang mengelur perasaannya ini semakin aneh bila mengingat tentang Angga.
            Bila membayangkan semua itu bisa di bilang indah, karna sebelumnya aku belum pernah merasakan apa itu cinta dan bagaimana indahnya cinta itu. Hanya sosok Angga sajalah yang mampu membuat perasaanku jadi tak menentu seperti ini, di buat mabuk kepayang dengan rasa kangen yang berputar-putar otak dan perasaanku.
            “ Kring .. “ Terdengar suara kencang yang berasal dari handphoneku. Aku yang terbangun cepat dan mengambil handphoneku melihat siapa yang pagi-pagi seperti ini sudah menelephone.
            Tidak ada namanya, hanya tertera nomer telephonenya saja, aku yang awalnya ragu untuk mengangkat tetapi seperti ada yang mengharuskanku untuk mengangkat telepon dari nomer tak di kenal itu. Aku yang penasaran mencoba merespon panggilan dari nomer itu dan menanyakan siapa dirinya.
            “ Halo, ini siapa ? “ Tanyaku yang penasaran.
            “ Angga, masa Aya lupa ? “ Angga yang menjawab pertanyaanku dengan semangat.
            “ Angga ? Ada apa telephone ? “ Tanyaku yang masih tak percaya ini Angga.
            “ Iya ini Angga, Aya malam minggu ini kamu mau kemana ? “ Angga yang berbalik tanya kepada Aya.
            “ Kenapa memang ? “ Tanyaku singkat.
            “ Sebenernya engga apa-apa sih, Angga cuma mau ngajak Aya dinner “ Angga yang sedikit malu-malu kucing berbicara dengan Aya.
            “ Oh ! Iya boleh, dimana ? “ Aku yang merespon ucapan Angga, dan menerima ajakan Angga dinner nanti malam.
            “ Aya mau ? Beneran ? “ Angga yang setengah tak percaya.
            “ Iya, dimana ? “ Aku yang masih menanyakan dimana tempat Angga mengajakku dinner.
            “ La’ Piazza Kelapa Gading “ Angga yang bersemangat menjawab pertanyaan Aya.
            “ Oke ! Tunggu aku disana “ Aku yang memastikan dinner nanti malam.
            “ Ko ? Angga jemput Aya, jadinya Aya engga perlu kesana sendiri “ Angga yang sedikit heran.
            “ Aku agak telat, mendingan Angga duluan aja. Pasti aku dateng ko Angga “ Aku yang meyakinkan Angga.
            “ Oke ! Di tunggu princess “ Angga yang memuji dan mematikan sambungan komunikasi antara aku dan dirinya.
            Aku yang kembali berbaring di atas ranjang tidurku, memikirkan apa yang akan terjadi nanti malam, aku takut akan terjadi sesuatu yang buruk.
            “ Mungkin itu hanya halusinasiku saja, semoga saja tidak terjadi apa-apa pada saat nanti malam aku dinner dengan Angga “ Batin Marsya resah.
            “ Non, makan dulu sarapan sudah Bik Inah siapkan “ Suara Bik Inah yang terdengar di balik pintu kamarku sambil mengetuk-ngetuk kamarku.
            “ Iya Bik, aku keluar kamar “ Sahutku, berjalan menuju keluar mendekati meja makan tempat dimana sarapanku sudah di sediakan.
            “ Mami sama Papi kemana, Bik ? “ Tanyaku yang mengambil sendok dan garpu.
            “ Sudah berangkat kerja, Non. Kenapa Non ? “ Tanya Bik Inah.
            “ Gapapa sih Bik, aku makan dulu iya Bik, laper .. “ Aku yang menyuap sesendok nasi goreng.
            “ Iya, Non “ Jawab Bik Inah.
            Hampir semua aktivitas dan pekerjaan rumah yang sudah aku kerjakan semua, dari mulai membereskan kamar, mencuci motor dan mobilku. Mami sama Papi juga tidak ada dirumah, kemungkinan besar mereka menginap, bisa di bilang hari Sabtu sampai Minggu ini aku terbebas.
            Udara segar kini berubah menjadi panas yang menerka Ibu Kota Jakarta, aku yang telah melakukan semua tugasku dengan baik memutuskan untuk memanjakan diri ke salon dan shooping di sekeliling Mall untuk melihat koleki terbaru Shopie Martin yang akan launching hari ini, aku yang tak mau terlewatkan dengan cepat mendatangi salon yang berada di Mall Kelapa Gading tempat Shopie Martin Launching.
***
            “ Semoga saja malam ini akan menjadi malam yang indah bagiku “ Batin Angga yang berharap dinner kali ini akan berhasil.
            Angga yang tengah mempersiapkan diri untuk acara dinner nanti malam, dan merangkai sebuah kata-kata yang akan menyentuh hati perempuan cantik “ Marsya Anastasya “.
            Angga dari rumah menggunakan motor ninja kawasaki berwarna merah, berangkat menuju tempat yang sudah di sepakati oleh Angga dan Marsya.
            Angga sudah berada di La’ Piazza Kelapa Gading dengan memesan milk shake strawberry menyeruputnya perlahan sambil menunggu Aya dateng.
            Sementara itu, aku yang masih sibuk dengan launching shopie martin yang mengeluarkan produk-produk baru membuatku menghiraukan acara dinner yang sudah aku buat dengan Angga.
***
            Tiga jam telah berlalu ..
            Hujanpun turun dengan derasnya, aku yang tau diluar sana hujan lebat, tidak bagitu mempedulikan karna aku berada di dalam ruangan, tetapi aku tak tahu apa yang terjadi di La’ Piazza tempat Angga menungguku sampai detik ini. Yang aku tahu La’ Piazza itu berada di luar ruangan, kemungkinan bersar Angga yang berada disana kehujanan atau mungkin sudah pulang.
            Usai launching shopie martin, aku menuju ketempat Angga berada sekarang ini. Aku yang berfikir kalau Angga akan pulang dan membatalkan dinner malam ini, ternyata perkiraanku salah besar. Aku yang melihat Angga masih berada di situ dalam kondisi tubuh yang telah diguyur hujan, aku yang meletakkan semua barang belanjaanku dan mengambil payung yang segera menghampiri Angga.
            “ Angga, ngapain masih disini ? sudah tau hujan ! “ Tanyaku yang sedikit kesal melihat ulah Angga yang begitu nekat.
            “ A aa .. Aa .. Angga disini nungguin Aya, Aya kemana saja baru datang ? “ Angga yang menjawab dengan suara sedikit tersendat-sendat.
            “ Kan aku sudah bilang, aku akan datang telat ! “ Sahutku dengan nada sedikit tinggi.
            “ Angga engga mikirkan, gimana kalau Angga nanti sakit ? “ Amarahku yang meninggi.
            “ Tapi, Angga punya maksud lain ngajak Aya kesini. Angga cuma mau bilang sama Aya kalau Angga .. “ Suara Angga yang terputus.
            “ Angga, kenapa ? “ Aku yang berubah cemas di buat Angga.
            “ Aaa .. Aa .. Aaangga sebenernya ss .. uu .. “ Suara Angga yang semakin terputus membuah Aya kebingungan dan gelisah.
            “ Kenapa sih ? Pengen ngomong apa ? “ Aku yang penasaran dan sedikit jengkel juga dengan nada bicara Angga.
            “ Sebenernya, Angga itu suka sama Marsya dari dulu. Dari awal Angga ketemu Marsya sampai detik ini, Angga buat acara dinner ini hanya mau bilang seperti ini sama Marsya. Itu saja cukup ! Terserah lebihnya Marsya mau ngomong apa  ? “ Angga yang coba mengungkapkan perasaannya kenapa Marsya dengan memberanikan diri dan tak menghiraukan apa tanggapan Marsya.
            “ Braaaaakkkk ! “ Seketika aku yang terjatuh dan membuat posisi seperti duduk di atas tanah, aku yang kaget mendengar pengakuan dari Angga tentang perasaannya selama ini yang terpendam kepadaku, membuatku diam serpaku.
            Dalam kondisi terdiam, aku yang berhalusinasi kalau di La’ Piazza ini sedang di adain konser smash yang bawain lagu “ Ada Cinta “ dan “ Rangga “ salah satu personil smash bilang, kalau lagu ini di tunjukan untuk sepasang kekasih yang berada di bangku sana “ Oh ! Mimpi banget ! “.


“ SMASH – ADA CINTA “

Ada cinta yang ku rasakan
Saat bertatap dalam canda
Ada cinta yang kau getarkan
Saat ku resah dalam harap
Oo indahnya…

Pernah ku ragu akan sikapmu
Tapi mengapa kini semuanya indah
Oo resahnya…

Ada cinta yang ku rasakan
Saat bertatap dalam canda
Ada cinta yang kau getarkan
Saat ku resah dalam harap
Oo indahnya…

Pernah ku malu pada hatiku
Tapi mengapa kini seolah cinta
Telah ku genggam

Tuhan ku inginkan semoga semua ini
Bukan hanya rasa, rasaku saja
Rasaku sendiri…

Ada ada saja dengan apa yg ku rasa
Bergetar di dada buat ku merana
I got the feeling cause you making me smiling
Thinking of you pusing tujuh keliling
Ku merasa ohh ada cinta


***
            “ Se .. See .. Sebenernya kalau Aya boleh jujur sama Angga, dari awal Aya sekelas sama Angga sampai Angga memperlakukan Aya baik banget, Aya tuh udah ada rasa sama Angga. Tapi Aya takut bila Aya jujur sama Angga, takut ada hati yang tersakiti karna Angga kan mantan sahabat Aya sendiri Precilia Sheila Mahardika, apa kata dia kalau Aya TMT “ Dengan kepala yang tertunduk, aku mencoba mengatakan semua unek-unek yang ada di benakku dan mencoba mengungkapkan apa isi perasaanku yang sebenernya.
            “ Marsya ? Jadi selama ini Aya punya perasaan yang sama seperti Angga ? “ Tanya Angga yang mengangkat daguku.
            “ Hanya itu yang bisa Aya katakan sama Angga “ Aku yang melemas seketika dan tak bisa berkata apa-apa lagi.
            “ Biarkan malam ini menjadi saksi mata kita mengikat hati kita menjadi satu. Angga ingin Aya tau kalau Angga suka sama Aya dan sayang banget sama Aya, Aya mau engga jadi pacar Angga ? “ Angga sangat bersemangat dan berteriak sekencang-kencangnya, agar Aya bisa tahu ketulusan hati Angga yang bener-bener sayang sama Aya.
            “ Iyaaaaaaa, Aya juga sayang sama Angga dan Aya mau pacaran sama Angga “ Aku membalas teriakan Angga dengan penuh air mata kebahagiaan.
            Angga tak dapat membendung kebahagiaannya, seketika air mata kebahgiaan keluar dari bola mata Angga, terpancar cahaya cinta dari kedua mata Aya dan Angga yang saling bertatap muka. Angga yang memeluk Aya erat penuh arti yang mendalam, serasa tidak ingin ada noda yang mengotori perjalanan cinta antara Aya dan Angga.
            Begitupun juga dengan aku, aku yang sangat bahagia karna bisa merasakan indahnya mengenal cinta dan indahnya cinta itu, mungkin bagiku ini adalah kali pertamanya aku pacaran dan mungkin Angga adalah “ pacar pertama sekaligus cinta pertamaku “.

T . A . M . A . T
***

“ Percayalah ! Bahwa cinta sejatimu itu sebenernya ada di dekatmu atau malah berada di hadapanmu, tetapi kau tidak akan pernah menyadari cinta itu, kalau kau belum bisa belajar mencintai dirimu sendiri, sebelum belajar mencintai diri orang lain. “
                                                                                      
Marsya Anastasya and Adi Jaya Angga Nugraha

Tidak ada komentar:

Posting Komentar